Pentas Dangdut organ tunggal ini memang baru kali pertama saya lakukan di desa/kampung halaman sendiri, yang kebetulan sedang pulang kampung dengan menghadirkan player terlaris di sekitar wilayah kecamatan dengan menampilkan dua biduan Dangdut dengan kualitas suara yang tidak kalah dengan artis-artis Dangdut lokal terkenal lainnya. Karena baru pertama, sayapun mendokumentasikannya dalam bentuk video melalui ponsel kamera meskipun hanya satu lagu saja.
Acara pentas organ tunggal yang dimeriahkan oleh SAGITA ORTU pimp. Eddy DMS, dengan MC Alex Gabel mantan personel salah satu Orkes terkenal di era 80an 90an di wilayah kabupaten Kebumen digelar untuk menghibur warga RW di mana saya dilahirkan dalam rangka peresmian jalan desa permanen atas bantuan pemerintah desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Meski hanya untuk lingkup warga RW saja, namun acara yang juga dimeriahkan dengan berbagai macam perlombaan mendapat sambutan yang cukup meriah meski di awal-awal jam acara masih nampak sepi. Sagita Ortu menjadi pembuka acara dari serangkaian acara yang berlangsung hingga malam hari. Namun, karena banyak warga yang masih beraktifitas di pagi haru, hanya segelintir penonton saja yang hadir.
Meski demikian, saya dan player tetap semangat menghibur penonton yang jumlahnya baru segelintir orang saja. Semangat, karena saya memang untuk kali pertama bisa pentas di mana tempat saya dilahirkan. Kedua, sang player merupakan teman lama saya seperjuangan yang sudah sejak lama tidak pernah pentas bersama.
Pentas Dangdut Organ Tunggal merupakan satu-satunya hiburan musik Dangdut yang ada di kampung maupun lingkup kecamatan di daerah saya. Itupun diharuskan berlangsung di siang hari. Jarang sekali ada hiburan pentas Dangdut malam hari, karena memang sudah beberapa tahun dilarang dengan alasan keamanan. Grup Dangdut di kampung atau bahkan di lingkup Kabupaten hampir tidak ada lagi seperti era 80an dan 90an.
Maraknya grup-grup baru yang muncul di daerah lain ternyata tidak mampu memicu tumbuhnya grup di daerah saya, termasuk di lingkup kabupaten sekalipun. Hal ini mungkin karena memang adanya larangan hiburan musik dangdut di malam hari dan juga tidak adanya lahan tetap sebagai rutinitas seperti di kota-kota besar lainnya, atau sponsor yang mendanai tumbuh dan berkembangnya grup di kampung saya dan sekitarnya. Selain itu, mayoritas masyarakat juga sudah terlanjur memilih menanggap hiburan organ tunggal yang terkesan murah dan praktis untuk berbagai acara apapun. Meski jika dilihat dari kemeriahan masih kalah dengan pentas grup.
Sayangnya, karena saya juga sibuk membantu panitia dalam mempersiapkan segala sesuatunya untuk acara tersebut, sehingga tidak terpikir oleh saya untuk merekamnya sejak awal sebagai dokumentasi pribadi, meskipun hanya menggunakan ponsel saja. Hanya dua lagu terakhir yang berhasil saya dokumentasikan dan itupun sumbangan lagu dari penonton. Padahal ini salah satu pengalaman berharga bagi saya yang turut serta pentas di tanah kelahiran sendiri setelah lebih dari puluhan tahun malang melintang di Jogja dan berbagai penjuru kota di Indonesia.
Itulah sedikit cerita saya ketika baru kali pertama pentas Dangdut organ tunggal di kampung sendiri yang saya sendiri menilainya begitu berharga. Saking berharganya sayapun menganggap kalau pentas Dangdut Organ Tunggal di kampung sendiri itu benar-benar hot (jangan asumsikan kata hot dengan hal negatif). Bukan karena goyang erotis penyanyi/biduan Dangdut tapi karena memang berlangsung sangat meriah, aman dan pokoknya sesuatu bangetlah...
Inilah video pentas organ tunggal yang saya unggah di youtube.com sehari setelah pentas berlangsung...maaf kalau jelek kualitas video atau audionya karena memang hanya menggunakan kamera ponsel...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)